Tunggu Aku di Surga
Oleh: Laily Askina R.
Apakah disana dia juga merindukanku? Sama seperti aku yang selalu merindukan kehadirannya disetiap hari-hariku. Setiap detik nafasku bayangnya turut menyertai, menyapaku yang masih sendiri. Aku memang belum bisa melupakannya dan tak akan pernah bisa untuk melupakan kenangan indah kita. Dahulu dia pernah berjanji akan selalu setia menemani dan tak akan pernah pergi meninggalkanku. Tapi janji itu dia langgar sendiri. Aku begitu rapuh saat mengetahui dia telah pergi meninggalkanku. Sebab Aku tak rela bila tak berada disampingnya. Aku masih membutuhkan bahunya sebagai tempatku bersandar disaat ku merasa dunia ini terlepas dari genggamanku. Dan hanya dialah yang mampu membantuku untuk meraihnya kembali. Sungguh hati ini terluka karenanya. Bibirku benar-benar tak sanggup untuk mengatakan ‘selamat tinggal’ kepadanya.
“ Hey, kamu yang disana, apakah kamu bisa merasakan apa yang ku rasa saat ini?” kataku dalam kesendirian.
Ku pandangi langit hitam yang berhias bintang malam itu. Diterangi sinar indah sang rembulan. Dari balik kaca jendela kamar, ku nikmati lukisan alam yang sempurna milik-Nya. Maha karya Tuhan menciptakan segala macam isi di dunia ini. Semua terlihat sempurna atas kuasa-Nya. Tak terkecuali kamu, makhluk indah ciptaan Tuhan yang sempat memberi warna dalam hidupku. Aku yang pernah kau cintai, Aku yang pernah engkau kuatkan, Aku inginkan kau kembali dalam pelukku. Sampai kapanpun diriku takkan mampu tuk melupakanmu. Saat Aku terjaga hingga ku terlelap nanti, selama itu pula Aku akan selalu mengingatmu.
***
“Ferly, aku kangen kamu. Bisakah kita bertemu malam ini?”
“Iya Adel sayang, aku juga kangen sama kamu. Tapi maaf untuk saat ini aku belum bisa menemuimu. Maaf…”
“Kenapa? Aku kangen banget sama kamu.”
“Belum saatnya sayang.”
“Ferly, please jangan tinggalin aku!”
“Aku janji suatu saat nanti kita pasti akan bertemu.”
“Apa kamu akan melanggar janjimu seperti yang dulu ?”
“Kali ini tidak, percayalah.…”
Senang rasanya malam ini aku bisa kembali berbicara dengan Ferly, pria pujaanku. Sayangnya keinginanku untuk bertemu dengannya belum juga terwujud. Entah apa yang menyebabkan dia belum juga menemuiku. Aku tak ingin dia melanggar janjinya lagi. Aku takut bila dia benar-benar pergi meninggalkanku. Aku tak mau hal itu terjadi. Tuhan tolong pertemukan Aku dengannya, Aku mohon….
***
“Selamat pagi Adel cantik…,” terdengar seorang pria menyapaku dari taman samping rumah. Suaranya sangat tak asing bagi telingaku. Dengan segera Aku melihat keluar dari balik kaca jendela kamarku. Ku dapati seorang pria mengenakan kemeja biru dengan satu buket bunga mawar merah ditangannya. Wajahnya sungguh tampan dengan rambut pendeknya yang terlihat rapi, senyumnya sungguh manis dan postur tubuhnya yang tinggi membuat dia terlihat sempurna. Ya, dia adalah Ferly, kekasihku yang sangat aku cintai. Akhirnya dia kembali.
“Pagi sayang…,” sapa Ferly lalu memberikan satu buket bunga mawar kepadaku.
“Pagi pangeranku,” kataku kemudian memeluk Ferly dengan erat.
“Kali ini aku menepati janjiku kan?”
“Iya, tapi please jangan pernah tinggalin aku lagi. Hidupku takkan berarti tanpamu disisiku.”
“Iya sayang, udah sana mandi dulu! Bau nih, haha…,” kata Ferly sambil bercanda.
“Ah kamu tuh, pacar sendiri dibilang bau.”
“Aduh, bercanda cantik. Buruan mandi, nanti aku ajak kamu ke suatu tempat.”
“Kemana sayang?” tanyaku penasaran.
“Ada deh, yang pasti kamu akan senang bila aku ajak kesana.”
Ferly, dirinya memang penuh dengan kejutan. Dia juga selalu berhasil membuatku terkesima dengan kejutan-kejutannya yang sama sekali tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku pikir, semua perempuan di dunia ini akan sangat bahagia bila mendapatkan surprise dari seseorang yang spesial di hatinya. Karena itu aku sangat beruntung memiliki kekasih seperti dia.
“Ma, Pa… Adel pergi dulu ya?” Aku berpamitan kepada kedua orang tuaku lalu kucium kening Amel, adik kandungku yang masih berusia 7 tahun.
“Hati-hati ya sayang,” kata Mama kemudian melambaikan tangannya kearahku.
Sampai di tengah perjalanan, aku belum juga mengetaui mau dibawa kemana aku ini. Sedangkan Ferly asik menyetir mobilnya dan sesekali dia tersenyum kepadaku. Aku tak paham dengan arti senyumannya itu.
“Ferly, kita mau kemana sih?” tanyaku penasaran.
“Ada deh, nanti kalau aku kasih tau kamu sekarang bukan surprise lagi dong.”
“Kamu selalu begitu deh, hobi banget buat aku penasaran.”
“Hehe… sabar ya sayang. Oh ya, kamu inget nggak sih kalau hari ini anniversary kita?”
“Oh iya, aku lupa. Hari ini kan tepat 4 tahun kita pacaran,” kataku dengan wajah innocent.
Aku terlalu sibuk memikirkan rinduku kepada Ferly, sampai-sampai hari jadian kami berdua saja lupa. Pantas saja dia tak mau memberi tahuku tentang kejutannya hari ini. Rupanya dia ingin surprise yang telah dia persiapkan, akan menjadi hadiah spesial untukku, tepat di hari jadi kita yang ke empat tahun ini.
“Ferly, makasih ya untuk empat tahun yang spesial ini,” kataku kepada Ferly.
“Iya sayang, makasih juga karena kamu selalu setia menemani hari-hariku. Kamu adalah alasan terbesarku untuk tetap bertahan di dunia ini. Terima kasih Adel sayang,” kata Ferly lalu mencium keningku.
Tiba-tiba mobil Ferly berhenti pada suatu tempat yang sangat asing untukku. Tempat itu sangat sepi, entah mengapa hanya Aku dan Ferly yang berada di tempat ini. Padahal tempat ini sangatlah indah, namun tak satu pun orang terlihat disini, kecuali kami berdua.
“Sayang, tempat ini kok sepi sih?” tanyaku heran.
“Aku sengaja ngajak kamu ke tempat ini, tempat spesial untuk orang yang spesial di hatiku,” kata Ferly sembari tersenyum.
“Sayang, tunggu di sini sebentar ya?” pinta Ferly kepadaku.
“Kamu mau kemana?”
“Sebentar saja kok.”
Tak lama, Ferly kemudian kembali. Dia membawa penutup mata untukku. Entah kejutan apa lagi yang telah dia rencanakan untukku. Dia memang tak pernah kehabisan ide untuk membuatku terkesima dengan kejutan-kejutannya.
“Adel, aku mau kasih kamu kejutan, tapi tutup mata kamu dulu ya,” kata Ferly sambil menutup kedua mataku.
“Kejutan apa lagi sih, sayang?”
“Pokoknya spesial, jangan buka mata kamu sebelum aku kasih tanda ya.”
Beberapa menit mataku tertutup, dalam kegelapan ku coba menerka-nerka kejutan apa yang akan Ferly berikan kali ini. Namun pertanda dari Ferly tak kunjung Aku dapatkan. Semakin lama, Aku semakin tak sabar untuk mengetahuinya.
“Ferly, sudah belum? Bolehkah ku buka mataku sekarang?” Ferly tak menjawab. Cukup lama mataku tertutup, dan aku semakin penasaran karena Ferly tak segera memberiku isyarat. Aku merasa sosoknya tak lagi berada di sampingku.
Perlahan ku buka kedua kelopak mataku. Aku tersentak, bukan suatu tempat indah yang Aku lihat. Bukan pula suasana romantis yang Aku dapatkan. Melainkan sebuah ruangan yang sangat tak asing bagiku. Ku lihat di sampingku terdapat fotoku bersama Ferly yang selalu terpajang rapi di samping tempat tidurku. Ya, kini Aku berada di kamarku sendiri.
Jika Aku tau semua ini hanyalah mimpi, Aku ingin tetap terlelap dalam tidurku. Agar Aku dan Ferly tetap bisa bersama, menghabiskan waktu hanya berdua. Menjaga cinta yang telah tertanam dalam hati kita bersama.
“Adel, kamu nggak kenapa-kenapa kan sayang?” suara Mama mengagetkanku. Beliau mendekatiku, kemudian duduk disamping tempat tidurku.
“Mama masuk kamar Adel kok nggak bilang-bilang sih?” tanyaku dengan kondisi nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya.
“Kamu tuh yang nggak dengar! Mama sudah mengetuk pintu berkali-kali dan memanggilmu, tapi kamu tak bangun juga.”
“Maaf, Ma… mungkin Adel terlalu lelah. Ma, semalam Adel mimpi bertemu Ferly, dia memberikan Adel kejutan di hari jadi kita yang ke empat tahun ini.”
“Kamu kangen ya dengan Ferly?”
“Iya, Ma…,” jawabku lirih. Ku peluk tubuh Mama dan ku ceritakan tentang mimpiku semalam kepadanya. Hangat ku rasa dalam dekapan Mama, nyaman.
“Ya sudah, sekarang kamu mandi kemudian bersiap-siap untuk pergi ke makam Ferly. Pasti dia juga kangen denganmu,” kata Mama bijak.
“Iya deh, makasih Mama sayang.” Ku cium pipi kanan Mama, lalu bersiap-siap pergi ke makam Ferly.
Hari ini tepat 1 tahun Ferly meninggalkanku. Hari ini juga merupakan anniversary kita yang ke empat tahun. Satu tahun lalu, Ferly melanggar janjinya kepadaku. Sulit dipercaya, tapi inilah yang terjadi kepadaku. Dia pergi dengan meninggalkan memory dan kenangan indah kita bersama. Tapi kepergiannya juga menyisakan penyesalan yang mendalam untukku. Dia meninggal karena penyakit keras yang dideritanya selama ini. Bodohnya diriku yang tak mengetahui penyakitnya ini sejak awal. Beberapa bulan sebelum Ferly meninggal, ternyata dia telah divonis dokter menderita penyakit leukemia. Memang tak banyak yang mengetahui tentang penyakitnya tersebut. Termasuk Aku, orang terdekatnya pun sama sekali tak diberi tau olehnya. Selama bersama denganku, Ferly selalu berhasil menyembunyikan rasa sakitnya dariku. Setiap kali darah keluar dari hidungnya, dia selalu menutupinya, seolah-olah tak pernah merasakan sakit. Ketika merasa tubuhnya melemah, dia berpura-pura tegar di balik senyum tulusnya yang selalu tercipta. Padahal dibalik ketegarannya tersebut, tersimpan penderitaan yang mendalam.
“Ferly, apa kamu disana juga merindukanku sama seperti aku yang selalu merindukanmu?” Hari ini Aku akan mengunjungimu. Sekedar untuk membersihkan rumput-rumput liar yang mencoba menjamah batu nisanmu. Oh iya, Aku juga ingin merayakan anniversary kita yang ke empat tahun bersamamu. Kali ini tanpa kejutan-kejutan yang selalu engkau ciptakan. Hanya segelintir doa yang mampu Aku persembahkan untukmu. Semoga kamu tenang di sana. Tanpa seizinku, butiran bening menetes dari pelupuk mataku, jatuh membasahi batu nisan yang kini menjadi tempat peristirahatan terakhirmu.
Aku melihat bayangan Ferly menyapaku, wajahnya sungguh tampan. Ia tersenyum kepadaku, seolah memberikan isyarat terima kasih karena namanya tak pernah lupa ku sebut dalam setiap doa-doaku. Dan Aku tau, kini dia sedang bahagia di sana, meski tanpa Aku. “Ferly, tunggu aku di surga!”
2 komentar:
bagus kak ceritanya..
mengharukan :(
bagus kak ceritanya..
mengharukan :(
Posting Komentar